Opini: About Achievement, and Insecurity

Jihan Kristal Yasmin
3 min readNov 3, 2023

--

Saya mau cerita sedikit perihal makna pencapaian dari sudut pandang saya pribadi.

Tahun ini, genap saya berusia 25 tahun, dimana katanya usia 25 tahun sudah harus memiliki pencapaian A, pencapaian B dan pencapaian C. Hal tersebut jadinya membuat saya sempat merasa insecure dalam menjalani hari-hari saya sebagai seorang wanita berusia 25 tahun.

Harus saya akui, pencapaian yang sesuai standar masyarakat belum saya capai semua. Saya belum lulus kuliah S1, belum menikah, perkerjaan hanya sebagai guru les private saja, belum memiliki tabungan ratusan juta, tidak memiliki kendaraan pribadi baik motor atau mobil (eits, walaupun motor bisa kredit tapi prioritas saya bukan untuk kredit motor karena masih senang menggunakan angkutan umum), belum memiliki tempat tinggal sendiri, sangat berbeda bukan dengan standar masyarakat?

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat bermasalah dengan rasa insecure yang tidak saya kelola dengan baik. Belum lagi banyak pihak yang melakukan perbandingan pada diri saya.

“Kamu kok ngga kayak dia sih? Dia kan sudah lulus S1 tuh, sudah lanjut S2 bahkan, kamu kapan?”

“Lu tuh ya, beda banget sama dia, harusnya lu bisa dong kayak dia!”

“Masa gini aja ngga bisa sih? Bisanya apa sih kamu? Dia aja bisa ko masa kamu ngga?”

Yes, itu hanya sebagian dari banyak bentuk pernyataan yang sering sekali saya dengar beberapa tahun kemarin. Sayangnya, justru saya termakan oleh kalimat-kalimat itu. Hasilnya saya menjadi tidak percaya diri dan selalu merasa rendah diri.

Lama-kelamaan hal itu membuat saya semakin hancur. Ya, siapa bilang jika terlalu lama tidak percaya diri akan baik? Tidak. Tahun ini, saya belajar sedikit demi sedikit untuk berani percaya pada diri saya. Salah satunya adalah dengan menulis di platform ini. Saya yang dulu tidak berani untuk mengungkapkan isi hati saya, namun sekarang belajar untuk berani menyuarakan segala opini saya dan berani pula menerima masukan agar saya terus berkembang.

Tahun ini menjadi awal mula perjalanan menuju puncak impian saya yang sejak lama saya pendam dan saya kubur dalam. Bahkan rasanya saya tidak ingin meraih dan memperjuangkan semua itu, rasanya sudah cukup berada di zona nyaman. Tapi bagian dari diri saya tidak terima jika saya hanya diam saja. Saya harus melakukan sesuatu agar saya tidak tumbuh menjadi seorang pecundang. Tanpa pikir lama saya meraih segala kesempatan yang ada di depan mata untuk saya coba. Jika gagal tidak masalah, karena lebih baik gagal dalam mencoba daripada gagal karena tidak mencobanya sama sekali.

Mungkin dapat dikatakan saya terlambat untuk menyadari ini, tapi tidak masalah. Setidaknya saya sudah berusaha untuk memulainya. Tinggal kedepannya saya harap saya kuat mempertahankannya.

Pencapaian tidak harus melulu tentang hal yang besar. Pencapaian itu bisa kita rayakan dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misal, pencapaian telah membaca buku 1 bab per hari, atau memasak bekal sendiri, apa pun itu adalah sebuah pencapaian yang selama ini kita abaikan.

“Kita cukup dengan diri kita sendiri.”

Itu merupakan hal penting yang saya dapati selama beberapa bulan terakhir belajar untuk memahami diri saya sendiri. Saya cukup dengan diri saya, saya cukup dengan kurang dan lebihnya saya, saya cukup dengan segala potensi yang saya miliki, terlebih saya sangat cukup dengan segala usaha yang telah saya lakukan beberapa tahun lalu hingga berada di titik ini. Saya rayakan segala pencapaian kecil saya.

Kepada siapa pun jiwa yang sedang berjuang mencapai segala impiannya, tetaplah kuat dan jangan sesekali mencoba untuk runtuh walau sudah berkali-kali diruntuhkan. Kita semua mampu dan memiliki potensi yang sangat luar biasa. We are powerful.

03 November 2023

--

--

Jihan Kristal Yasmin

Department of Mathematics • Data enthusiast • Author • Research Assistant